SERIAL UMAR BIN KHATTAB (episode 4)

Penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab

Jenderal-jenderal Umar menaklukan bangsa-bangsa besar dunia seperti bangsa Persia, Syria, dan Mesir. Para penerus Umar dari kalangan Bani Umayyah meneruskan penaklukan ini jauh sekali hingga sampai bagian selatan Prancis di sebelah barat dan perbatasan-perbatasan sebelah barat dataran Cina serta lembah Hindustan di sebelah timurnya. Para peneliti sejarah merasa takjub dan heran melihat betapa cepatnya dan betapa luasnya penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab pada abad ke-7 atau ke-8. Bangsa Arab itu melakukan penaklukan-penaklukan itu dalam kurun waktu 100 tahun saja—dan itu merupakan penaklukan yang tercepat dan terluas dalam sejarah.

Beberapa abad kemudian, para peneliti sejarah terus mencari penjelasan yang bisa menjawab pertanyaan: “Mengapa bangsa Arab itu bisa melakukan penaklukan yang menakjubkan seperti itu?”

Akhirnya para sejarawan berhasil menemukan jawaban dari keberhasilan tentara Arab. Beberapa faktor yang membuat penaklukan-penaklukan itu berhasil diantaranya ialah:

1.  Adanya perang saudara dan perbuatan anarkis di Persia.
2. Adanya perang antara Persia dan Romawi yang baru bisa berakhir setelah 26 tahun lamanya—peperangan itu membuat kedua negara adidaya pada masa itu kehabisan tenaga, menderita banyak korban, dan jatuhnya moral di kedua belah pihak.
3. Adanya ketidak-puasan dan ketidak-sukaan di kalangan masyarakat di Syria dan Mesir terhadap apapun yang berbau Romawi; dan sebaliknya mereka melihat bangsa Arab sebagai bangsa yang akan membebaskan mereka.
4. Hilangnya “payung” bantuan dari masyarakat setempat untuk orang-orang Romawi.
5. Kerajaan Persia dan Romawi sangat bergantung kepada wajib militer dan tentara bayaran untuk menghimpun kekuatan perangnya sedangkan mereka semua sudah kehilangan semangat dan jatuh moralnya.
6. Adanya persekusi atau hukuman berat bagi orang-orang yang memiliki keyakinan dan agama yang berbeda—dan ini dilakukan oleh baik bangsa Persia maupun bangsa Romawi.
7. Adanya pajak yang mencekik leher yang diberlakukan oleh bangsa Persia dan bangsa Romawi terhadap orang asing dan para petani miskin.
8. Tentara Persia dan Romawi tidak bisa bergerak cepat karena mereka membawa perlengkapan sangat berat dan sangat banyak; sementara itu pasukan bangsa Arab sangat mobil dan lincah. Pasukan Arab bisa memilih target dan kemudian menyerangnya secara tiba-tiba dan kemudian mundur ke gurun pasir dengan unta-unta mereka yang gesit sementara pasukan Persia dan Romawi tidak bisa mengejar mereka ke gurun karena mereka memerlukan logistik yang sangat banyak dan mereka tidak didukung oleh itu.
Sebenarnya kalau pasukan Arab itu kalah jumlah dengan musuh-musuhnya akan tetapi ternyata ini bukan masalah sama sekali. Sejarah panjang umat manusia menunjukkan banyak sekali contoh dimana kekuatan kecil bisa mengalahkan kekuatan-kekuatan besar.

Akan tetapi di kalangan Muslim sendiri, alasan-alasan tersebut di atas bukanlah alasan-alasan yang mendasari kemenangan mereka. Kaum Muslimin senantiasa mendasarkan kemenangan pasukan Muslim itu atas keshalehan dan ketakwaan dari pasukannya. Jadi mereka menang karena mereka itu shaleh dan bertakwa; karena mereka dekat dengan Allah Ta’ala.

Kekuatan yang mendorong keberhasilah penaklukan-penaklukan oleh bangsa Arab pada abad ketujuh mereka yakini berasal dari Islam; dan setiap orang Arab yang berangkat meninggalkan jazirah Arab untuk menyerang musuhnya dianggap sebagai Mujahid atau prajurit suci—prajurit yang berjuang untuk Tuhan.

Klaim ini sebenarnya tidak seluruhnya benar. Memang benar, ada sebagian kaum Muslimin yang mau mendakwahkan cahya Islam di dunia ini kepada orang lain, akan tetapi di sisi lain ada juga sekelompok Muslim (yang sayangnya merupakan kelompok mayoritas) yang “berjuang” hanya untuk kepentingan duniawi saja dan menggunakan “penaklukan-penaklukan” itu untuk mengumpul dan menumpuk-numpuk harta saja. Mereka memiliki syahwat yang tinggi dan dasyhat kepada kekuasaan dan kekayaan.

Joel Carmichael

Joel Carmichael mengemukakan sebagai berikut:
Dorongan yang sangat kuat yang bisa mendorong kaum Arab Baduy keluar dari jazirah Arabia ialah perasaan lapar dan keserakahan, sesuatu yang sebenarnya sangat wajar dan alamiah yang terdorong oleh keadaan yang terjadi di sana pada waktu itu. Selain itu juga ada kesempatan dan harapan untuk menemukan dan memiliki harta kekayaan dari daerah yang mereka kuasai.”

“Ada diantara mereka yang ‘membunuh untuk tujuan akhirat’, akan tetapi kebanyakan diantara mereka ‘membunuh untuk tujuan mendapatkan dunia’ semata. Dakwah yang diajarkan Muhammad untuk tujuan akhirat benar-benar lenyap ketika kaum Muslimin melakukan penaklukan-penaklukan dengan menjarah banyak sekali harta pampasan perang yang mereka rebut; menjadikan seorang lelaki Qurays—yang dulunya begitu shaleh dan malah disebut-sebut sebagai salah seorang dari 10 lelaki yang dijamin masuk surga oleh Muhammad karena kepatuhannya kepada ajaran Islam—menjadi seseorang yang kaya dan meninggalkan sebidang tanah yang diperkirakan harganya sekitar 35 dan 52 juta dirham. Ia memiliki 11 buah rumah di Madinah saja; selain itu ia juga memiliki rumah-rumah lainnya di Basrah, Kufah, Fustat, dan Alexandria.”

“Salah seorang sahabat Muhammad yang termasuk kedalam 10 orang yang dijamin masuk surga oleh Muhammad juga memiliki sebuah properti yang diperkirakan harganya sekitar 30 juta dirham. Ketika ia meninggal, pelayannya saja memiliki uang 2 juta dirham banyaknya.”

“Apabila kita lihat contoh-contoh tersebut di atas dengan jelas dan jernih, maka sangat terang-benderang lah bahwa  sangat bodoh kalau kita menyebutkan penaklukan-penaklukan yang dilakukan bangsa Arab itu dilakukan dengan berdasarkan semangat keshalehan atau ketakwaan yang didorong oleh ajaran yang diajarkan oleh Muhammad. ...... tidak diragukan lagi bahwa mengajarkan Islam dan membuat orang tertarik kepada Islam bukanlah tujuan utama dari bangsa Arab pada waktu itu. Secara khusus, yang namanya keshalehan dan ketakwaan itu—yang seharusnya menjadi ciri atau tanda ke-Islam-an, benar-benar jauh dari para penakluk dari bangsa Arab pada waktu itu.”

“Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dorongan kuat yang mendorong kaum Muslimin Arab untuk melakukan ekspansi wilayah itu bukanlahlah berasal dari dorongan relijius, melainkan dorongan untuk melakukan perluasan wilayah yang disebabkan oleh keadaan yang ada di jazirah Arab itu sendiri. Orang-orang seperti Khalid (bin Walid) atau Amr (bin Aas), misalnya, jelaslah bukan orang yang shaleh atau orang yang takwa. Keinginan dan niat mereka sangatlah praktis. Beralihnya mereka kaum aristrokrat ke barisan kaum Muslimin menyuntikan benih-benih sekularisme ke tubuh umat, yang walaupun dibungkus dengan agama tetap saja tujuannya sangat  politis.”


Comments

loading...

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)

Karbala Berduka, Rasulullah pun berduka (klik gambarnya untuk mendapatkan e-book spesial!)
Ya, Syahid! Ya, Madzhlum! Ya, Imam! Ya, Husein!

Rekanan Islam Itu Cinta